Minggu, 26 Juli 2020

Doa Menghilangkan Rasa Malas Dan Agar Terhindar Dari Sifat Malas

Hendaknya kita membaca dan mengamalkan doa ini ketika muncul sifat dan penyakit malas dalam diri kita.
Maka insyaallah Allah Swt akan menjadikan kita pribadi yang semangat dan jauh dari sifat malas.
Malas (kasal) sendiri adalah sifat tercela dan tidak ada seorang pun yang ingin terjangkit dengan sifat malas.
Dengan kemalasan tidak adanya produktifitas, tidak ada kemajuan dan tidak ada rizki.

Hidup ini tidak akan berkembang jika sifat malas terus menerus dipelihara.
Ibadah dan pekerjaan pun akan terengkalai karena rasa malas.
Yang paling umum adalah malas beribadah, sholat, belajar dan berusaha bekerja.
Karena setiap muslim dituntut untuk senantiasa semangat, bersegera dalam kebaikan, serta memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin.
Sedangkan sifat malas hanya akan membuatnya lalai dan memberikan peluang baginya untuk melakukan hal yang sia-sia.
Dan akhirnya, penyesalan dan kerugianlah yang akan ia dapatkan.
Maka dari itu kita haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pribadi yang bersemangat dan tidak menyia nyiakan waktu kita.
Selain iu jangan lupa untuk berdoa supaya tidak malas, hal ini dikarenakan hanya Allah Swt lah tempat kita memohon, apalah daya upaya kita tanpa pertolongan Allah Swt.
Jadi cara melawan dan mengatasi rasa malas yang tidak boleh dilupakan adalah dengan berdoa agar dihilangkan sifat malas yang ada pada diri kita.
Lalu bagaimana doa malas yang mustajab dan sesuai sunnah Rasulullah Saw.
Langsung saja untuk lebih jelasnya simak berikut ini lafadz doa untuk menghilangkan rasa malas menurut islam lengkap tulisan arab, Teks latin dan terjemahan bahasa Indonesianya supaya bisa dipahami makna dan isi kandungan didalamya.

Doa Agar Terhindar dari Rasa Malas
اللَّـــهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحَـمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْـِز وَاْلكَسَلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُـبْنِ وَالْبُخْـلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَـهْرِ الرِّجَالِ
Allohumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani wa a’uudzubika minal ’ajzi walkasali, wa a’uudzubika minal jubni wa bukhli, wa a’uudzubika min gholabatid-daini wa qohrirrijaal
Artinya : Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari rasa susah dan duka, dan aku berlindung kepada Mu dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung kepada Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada Mu dari lilitan hutang dan musuh yang sewenang-wenang.

Selain doa agar tidak malas diatas, ada juga doa agar dihilangkan sifat malas berikutnya yang bisa dibaca sebagai dzikir pada pagi dan petang hari.
Berikut ini lafadz doanya :
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ1، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ2، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Artinya : “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya.
Bagi-Nya kerajaan dan bagiNya pujian.
Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala se-suatu.
Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya.
Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya.
Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua.
Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan kubur.” (HR Muslim 42088)

Doa Menghilangkan Rasa Malas
Galau, tertimpa musibah, atau urusan-urusan lain baik yang berhubungan dengan urusan duniawi maupun akhirat, pada hakikatnya adalah ciptaan Allah subhânahȗ wa ta'âlâ.
Sehingga Allah sendiri yang akan mampu bekerja menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh hamba-Nya.
Ikhtiar manusia secara lahiriah merupakan media pelengkap sebagai makhluk kasat mata yang memang sepatutnya berusaha seperti demikian.
Berapa banyak orang yang sama-sama bekerja keras mencari uang?
Antara si A dengan si B misalnya, mungkin dalam hal peras otak dan keringatnya sama, namun di antara usaha mereka berdua hasilnya tidak sama.
Jawabnya karena ada faktor x yang mempengaruhi itu.
Latar belakang akademisi, skill, dan lain sebagainya bertindak sebagai perantara (wasilah) saja.
Meyakini ada faktor tidak kasat mata inilah, kita perlu tahu bahwa terdapat dzat yang maha pengatur aneka macam kejadian tersebut, mulai rezeki, mati, keruwetan lika-liku hidup atau apa pun bentuknya, ada dzat yang mengatur yaitu Allah subhânahȗ wa ta'âlâ.
Dalam al-Qur'an dikisahkan bagaimana cerita Nabi Zakariya yang sudah tua renta, di usianya yang ke-90 dan istrinya yang mandul, setelah ia berdoa, kemudian diberi keturunan oleh Allah berupa anak yang diberi nama Yahya.
Seperti pula Nabi Musa yang lari meninggalkan kaumnya.
Setelah ia berdoa, selain mendapatkan tempat perlindungan yang layak, ia juga ditemukan jodohnya.
Dan cerita lain sebagainya.
Sebagai makhluk berakal, tentu kita mempunyai keinginan yang beraneka ragam.
Utang bisa lunas, mempunyai anak yang patuh, dan sejenisnya.
Allah memberikan solusinya, yaitu dengan cara berdoa, memohon kepada-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah subhânahȗ wa ta'âlâ berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian'." (QS Ghâfir: 60).

Menurut as-Sadiy, kalimat ud'ûnî di atas mempunyai arti mintalah kalian niscaya akan aku kabulkan.
Pendapat as-Sadiy ini selaras dengan cerita Qatadah yang bersumber dari Ka'b.
Di antara tiga keistimewaan umat Muhammad dengan umat sebelumnya adalah, jika kalimat perintah berdoa pada Nabi Muhammad berbentuk jama' (plural) kepada semua umatnya.
Sedangkan perintah yang turun pada nabi-nabi sebelumnya, frasa perintahnya hanya berbentuk tunggal (mufrad) kepada para nabi saja sebagaimana pada kalimat berikut ini :
اُدْعُنِيْ أَسْتَجِبْ لَكَ
Artinya: "Berdoalah kamu, niscaya akan Kukabulkan bagimu."
Dari ayat di atas, kita dapat mambil pelajaran, walaupun Allah mahapengatur, namun Allah tidak menutup celah bagi hamba-Nya untuk menyampaikan uneg-uneg atas segala keinginan yang ingin dicapai hamba.
Oleh karena itu, Allah menyuruh berdoa, sebuah ritual penyampai usulan hamba kepada Tuhan-Nya.

Ibnu Abbas mempunyai pandangan sedikit berbeda dari as-Sadiy dalam menafsiri ayat tersebut.
Paman Rasul ini menafsiri arti ud‘ûnî dengan arti "Esakanlah aku, niscaya akan Aku ampuni dosa kalian."
Sedangkan menurut Jarir bin Abdullah menyatakan "Sembahlah aku, niscaya akan Aku ikuti apa kemauan kalian." (Lihat : Ali bin Muhammad al-Mawardi, al-Nukat wa al-'Uyȗn Tafsir al-Mawardi, Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, juz 5, halaman 162-163)

Orang berdoa secara otomatis ia sedang melakukan sebuah ibadah.
Pada lanjutan ayat di atas menyinggung tentang orang yang sombong dari pada ibadah Allah.
Oleh sebab itu, ada ulama yang menyebut, orang yang enggan berdoa sama dengan sombong.
Dilihat dari dalil hadits, terdapat banyak sekali dalil-dalil tentang fadlilah-fadlilah berdoa.
Di antaranya :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ : إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا
Artinya : "Tidak ada seorang Muslim yang berdoa dengan tidak disertai dengan doa dan memutus hubungan persaudaraan kecuali Allah pasti akan memberikannya salah satu dari tiga hal.
Bisa disegerakan doanya untuk dikabulkan, mungkin pula Allah menyimpannya sehingga dibalas di akhirat kelak.
Dan kemungkinan pula Allah akan menghindarkan dia dari kejadian buruk yang menjadi ganti setara dari doa kebaikan yang ia panjatkan." (HR. Ahmad)

Doa yang tidak langsung dikabulkan oleh Allah, terdapat banyak kemungkinan.
Mungkin Allah akan membalasnya dengan yang dibayangkan hamba atas doanya itu sendiri, atau kemungkinan-kemungkinan lain.
Yang paling penting bagi hamba adalah husnudh-dhan (berprasangka baik) kepada Allah.
Dalam hadits Qudsi dikatakan :
اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِىْ بِيْ
Artinya : "Aku sebagaimana dugaan hambaku kepadaku."

Allah itu Dzat yang maha pemurah.
Dia malu jika ada hamba meminta kepada-Nya namun saat usai berdoa, seorang hamba pulang dengan tangan hampa. Meskipun tetap berdasar catatan, etika dan aturan berdoa harus diperhatikan betul oleh seorang hamba supaya doanya dikabulkan Allah subhânahȗ wa ta'âlâ. (Ahmad Mundzir)
Demikianlah walau masih banyak kekurangan dan mungkin ada kesalahan mohon maaf yang sebesar besarnya.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadikan kita semua semakin bersyukur atas karunia dan limpahan nikmat dari Allah SWT.
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian Riba Jahiliah Dalam Al-Qur'an Dan Sunnah Lengkap

Definisi Riba Riba menurut bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membes...